"Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada ALLAH di sorga" Ratapan 3 : 41
Saudara yang terkasih ;
Di saat pujian dinaikkan di sebuah kebaktian, kami mengangkat tangan untuk memuji DIA. Cukup lama. Sampai tangan terasa mulai pegal. Disaat itu TUHAN mengingatkan,”AKU pernah mengangkat tangan untukmu. Cukup lama, bahkan beberapa jam. Setengah harian bahkan. Yaitu saat tangan-KU terpaku di kayu salib. Lelah, sakit, perih, pegal, haus, bahkan rasanya tak sanggup lagi. Tetapi semua itu AKU lakukan untukmu. Salib AKU hadapi, walaupun AKU tahu itu penuh derita. Tapi semua AKU lakukan, karena AKU CINTA KAU…..”
Saudara, di dalam menyanyi memuji TUHAN, terkadang kami melihat ada beberapa orang, bahkan untuk mengangkat tangan kepada TUHAN saja malas. Harus menunggu sampai WL menyuruh untuk melakukannya. Bahkan sudah disuruh WL angkat tangan pun, masih ogah melakukannya. Diajak bertepuk tangan, tidak mau. Diajak mengangkat tangan, apalagi. Lebih suka berpangku tangan, atau memegang bangku di depan bangkunya. Itu kelihatan sekali saat di gereja. Juga sangat jelas, siapa yang bersemangat memuji TUHAN atau tidak. Kalau orang disekeliling saja bisa melihatnya, apalagi TUHAN. TUHAN bahkan bisa melihat sampai ke dalam hati. Apakah TUHAN akan disenangkan dengan pujian penyembahan kita, bila kita melakukannya dengan ogah-ogahan ?
Saudara, jika TUHAN sudah pernah mengangkat tangan yang terpaku untuk menebus dosa kita di dalam waktu beberapa jam yang penuh penderitaan, masakan untuk mengangkat tangan di dalam puji-pujian saja kita malas ?
Bila ku angkat tanganku menyerah
DIA kan turun tangan membela
Sbab DIA baik, sungguh baik
Mujizat-NYA kan dinyatakan
Ku angkat tanganku menyerahkan
Semua beban hidupku pada-NYA
Ku angkat tanganku menyerahkan
Ku tau pasti DIA buka jalan
Ary dan Ester Handoko